Jumat, 01 Januari 2021

“Tahun Baru”


Tahun baru bagi sebagian orang menjadi momen indah dan waktu yang ditunggu-tunggu untuk mengabadikan kebahagian, karena ada istilah tahun baru, semangat baru, sehingga ini menjadi suatu slogan (kata) yang menjadi ispirasi dan motivasi sebagian orang. Tetapi bagi sebagian orang, ini akan menjadi suatu renungan bahwasanya ini akan menjadi ujian dalam mengarungi kehidupan, dikarenakan dengan masuknya tahun baru maka akan sampailah pada terminal akhir dari kehidupan.

Oleh sebab itu, dua pemikiran ini mempunyai konsep kehidupan masing-masing dalam memaknai tahun baru. Bagi seorang mukmin masuknya tahun baru akan menjadi dua hal momentum yang akan dilalui yaitu tafakkur dan tadzakkur.

Pertama tafakkur adalah proses mengamati dan merenungkan semua ciptaan Allah SWT yang ada di muka bumi, sehingga mampu mengokohkan keimanan. Ujung dari orang yang senantiasa bertafakkur adalah ia akan tercengang dan terkagum-kagum akan kekuasaan Allah SWT yang tidak terhingga (Ahmad Zainal Abidin, 2014). Pada hakikatnya tafakur merupakan suatu kesadaran untuk mendapatkan bukti adanya Allah SWT dan kekuasan-Nya yang bermuara pada keyakinan, selanjutnya dengan bertafakur manusia dapat menempatkan diri di alam dengan mengetahui kondisi baik dan buruk hanya dengan kekuatan akal dan iman yang membantu mereka menerima kebaikan yang melahirkan ketenangan. Iman dan akal pula yang menolak keburukan dan sesuatu yang dibenci, hal inilah yang menjadi inti ajaran Islam. “Dan, tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan, sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika mereka mengetahui.” (Al-Ankabut: 64) Imam as SyĆ¢fi’i menyatakan: “Mintalah bantuan untuk (pandai) berbicara dengan banyak berdiam, dan mintalah bantuan untuk (pandai) dalam melakukan istinbath (menggali hukum dari dalilnya) dengan (banyak) berfikir.” (Mau’idhatul Mu’minin). Bertafakkur mendapat perhatian yang serius dalam Islam. Orang yang bertafakur ternyata lebih baik daripada orang yang hanya beribadah, tetapi tidak bertafakur. Orang yang mengamati, merenung dan berkontemplasi atas ciptaan Allah SWT akan memantapkan pengetahuan tentang kekuasaan dan kemahaluasan-Nya.

Kedua tadzakkur merupakan bentuk derivasi dari kata dasar dzakara yang berarti mengingat (Ismail: 2014). Makna mengingat di sini adalah suatu proses menyimpan sesuatu yang sebelumnya sudah diketahui. Sehingga timbul kesadaran. Tadzakkur berfungsi untuk menjaga ilmu (‘ilm) yang ada supaya terhindar dari penyakit lupa. Berarti lupa merupakan akibat dari tidak diulangnya atau tidak dipelajarinya kembali ilmu-ilmu yang pernah diketahui sebelumnya). “Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”(QS Al-Ahdzab/33:42), dan ayat, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Al-Ra’d/13:28).

Maka dengan momentum di tahun baru ini mari kita mantapkan tafakkur dan tadzakkur yang akan menghasilkan keimanan yang kuat dan ilmu yang terpelihara dari kebatilan. Iman tidak boleh diterima dengan taklid buta dan begitu saja. Islam tidak mempertentangkan antara iman dan berfikir, bahkan menegaskan bahwa perbedaan antara manusia dan hewan adalah berfikir bukan keimanannya, baru kemudian yang menjadi perbedaan manusia dengan manusia lainnya adalah ketaqwaannya seseorang.