Tahun baru bagi sebagian orang
menjadi momen indah dan waktu yang ditunggu-tunggu untuk mengabadikan
kebahagian, karena ada istilah tahun baru, semangat baru, sehingga ini menjadi
suatu slogan (kata) yang menjadi ispirasi dan motivasi sebagian orang. Tetapi bagi
sebagian orang, ini akan menjadi suatu renungan bahwasanya ini akan menjadi
ujian dalam mengarungi kehidupan, dikarenakan dengan masuknya tahun baru maka
akan sampailah pada terminal akhir dari kehidupan.
Oleh sebab itu, dua pemikiran ini
mempunyai konsep kehidupan masing-masing dalam memaknai tahun baru. Bagi seorang
mukmin masuknya tahun baru akan menjadi dua hal momentum yang akan dilalui
yaitu tafakkur dan tadzakkur.
Pertama tafakkur adalah
proses mengamati dan merenungkan semua ciptaan Allah SWT yang ada di muka bumi,
sehingga mampu mengokohkan keimanan. Ujung dari orang yang senantiasa bertafakkur
adalah ia akan tercengang dan terkagum-kagum akan kekuasaan Allah SWT yang
tidak terhingga (Ahmad Zainal Abidin, 2014). Pada hakikatnya tafakur merupakan suatu
kesadaran untuk mendapatkan bukti adanya Allah SWT dan kekuasan-Nya yang
bermuara pada keyakinan, selanjutnya dengan bertafakur manusia dapat
menempatkan diri di alam dengan mengetahui kondisi baik dan buruk hanya dengan
kekuatan akal dan iman yang membantu mereka menerima kebaikan yang melahirkan
ketenangan. Iman dan akal pula yang menolak keburukan dan sesuatu yang dibenci,
hal inilah yang menjadi inti ajaran Islam. “Dan, tiadalah kehidupan dunia ini,
melainkan senda gurau dan main-main. Dan, sesungguhnya akhirat itulah yang
sebenarnya kehidupan, jika mereka mengetahui.” (Al-Ankabut: 64) Imam as Syâfi’i menyatakan: “Mintalah
bantuan untuk (pandai) berbicara dengan banyak berdiam, dan mintalah bantuan
untuk (pandai) dalam melakukan istinbath (menggali hukum dari dalilnya) dengan
(banyak) berfikir.” (Mau’idhatul Mu’minin). Bertafakkur mendapat perhatian yang
serius dalam Islam. Orang yang bertafakur ternyata lebih baik daripada orang
yang hanya beribadah, tetapi tidak bertafakur. Orang yang mengamati, merenung
dan berkontemplasi atas ciptaan Allah SWT akan memantapkan pengetahuan tentang
kekuasaan dan kemahaluasan-Nya.
Kedua tadzakkur merupakan
bentuk derivasi dari kata dasar dzakara yang berarti mengingat (Ismail: 2014).
Makna mengingat di sini adalah suatu proses menyimpan sesuatu yang sebelumnya
sudah diketahui. Sehingga timbul kesadaran. Tadzakkur berfungsi untuk menjaga
ilmu (‘ilm) yang ada supaya terhindar dari penyakit lupa. Berarti lupa
merupakan akibat dari tidak diulangnya atau tidak dipelajarinya kembali
ilmu-ilmu yang pernah diketahui sebelumnya). “Dan bertasbihlah kepada-Nya di
waktu pagi dan petang.”(QS Al-Ahdzab/33:42), dan ayat, “(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Al-Ra’d/13:28).