Rangkuman Koneksi antar Materi
3.1.a.8.1
Dalam kesempatan ini saya menguraikan
sebuah pemahaman saya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak angkatan 6.
Pada modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran di kegiatan Koneksi
Antar Materi CGP harus membuat sebuah tulisan koneksi antar materi dari materi
sebelumnya yang sudah dipelajari selama Pendidikan Guru Penggerak.
Melalui pemahaman sebuah kalimat yang dikemukakan oleh Bob Talbert:
“Teaching
kids to count is fine but teaching them what counts is best yang
memiliki arti, Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka
apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
1. Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam
suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
2. Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi
pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Oleh sebab itu, dari kedua pertanyaan tersebut, berikut ini saya
sertakan beberapa pemahaman mengenai pembelajaran yang sudah dapatkan dalam
Pendidikan guru penggerak. kemudian dirangkum menjadi proses perjalanan
pembelajaran sebagai CGP pada program guru penggerak ini dari awal sampai
dengan saat ini .
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap
Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.
Dalam hal ini, harus diketahui dalam pandangan Ki Hajar Dewantara
dengan filosofi Pratap Triloka memiliki tiga prinsip dasar berkarya, yaitu:
ü
Ing Ngarso Sung
Tuladha, di depan memberi teladan atau contoh.
ü
Ing Madya
Mangun Karsa, di tengah membangun motivasi atau membimbing.
ü
Tutwuri
Handayani, di belakang memberi dukungan atau dorongan.
Dapat dipahami bahwa filosofi Pratap triloka, maka seorang guru
akan lebih mudah dalam membuat suatu keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran, karena seorang pemimpin haruslah bisa memberikan suatu
keteladanan yang dapat diadopsikan oleh orang yang lainnya.
Baik dalam bertindak maupun bertutur kata harus senantiasa berfikir
secara bijak. Dalam hal ini beberapa kebijakan yang akan diambil nantinya akan
memberikan dampak kepada orang yang sedang mengalami masalah. Dalam hal inilah
maka penerapan Ing Madya Mangun Karsa dan Tutwuri Handayani perlu
diterapkan dengan baik.
Karena dalam memberikan keputusan, seseorang guru tidak serta merta
berfikir dengan satu prinsip saja. Namun beberapa prinsip seperti prinsip hasil
akhir, peraturan, dan rasa peduli.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh
kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang mulai tertanam pada diri saya selama mengikuti
proses pembelajaran Pendidikan guru penggerak antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Mulai memahami serta menerapkan bahwa pengajaran (onderwijs)
merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah sebuah
pendidikan dengan cara memberi ilmu yang bermanfaat untuk anak -anak baik
secara lahir maupun batin.
b.
Pendidikan (opvoeding)
itu dilakukan dengan cara menuntun kodrat yang dimiliki anak agar dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan masyarakat.
c.
Berfikir bahwa
hidup tumbuh anak itu diluar kehendak pendidik karna anak tumbuh menurut
kodratnya sendiri.
d.
Mulai menanamkan
dalam pola fikir saya bahwa kodrat adalah kekuatan yang ada pada anak. Pendidik
hanya bisa menuntun untuk memperbaiki lakunya atau dasarnya.
e. Pendidikan diibaratkan seorang petani yang hanya bisa merawatnya
namun tidak bisa merubah kodrat tanaman yang ia tanam. Biji padi akan tetap
menjadi padi.
Dengan tertanamnya nilai-nilai yang sudah saya yakini di atas,
tentunya beberapa hal tersebut berpengaruh dalam prinsip pengambilan sebuah
keputusan. Seorang guru harus menerapkan minimal salah satu dari tiga prinsip
di bawah ini:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2.
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Oleh sebab itu, dengan berfikir bahwa Pendidikan adalah suatu
pengajaran yang bermanfaat bagi anak maka dalam pengambilan keputusan pastilah
memikirkan hasil akhir yang di dapatkan anak.
Perlu diketahui bahwa menerapkan prinsip peraturan serta rasa
peduli dalam setiap pengambilan keputusan mesti berdasar dengan pola pemikiran
bahwa kita sebagai guru adalah sebagai penuntun berkembangnya potensi anak,
rasa peduli kita diibaratkan seperti prinsip dalam merawat padi agar bisa
tumbuh menjadi lebih baik. Berusaha untuk lebih bijak dalam setiap pengambilan
keputusan karena semua haruslah berpihak kepada anak.
Tentunya hal ini harus berdasarkan kondisi dan situasi yang sedang
dihadapi anak saat itu. Dalam setiap pengambilan keputusan ada baiknya seseorang
harus memberikan motivasi intrinsik. Hal ini dapat bermanfaat untuk memberikan
kekuatan dalam diri anak untuk dapat tumbuh lebih baik.
Bagaimana kegiatan terbimbing yang dilakukan pada materi
pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil.
Dalam kegiatan terbimbing yang telah dipelajari, seorang guru
haruslah dapat memanfaatkan suatu pendekatan inkuiri apresiatif dalam setiap
tindakannya. Hal ini adalah salah satu langkah untuk mewujudkan point penting
KHD. Hal yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Memfokuskan pembelajaran yang berpihak kepada murid
2.
Menggali
potensi pada diri anak (bakat, minat, ketrampilan) dan menyesuaikian dengan
kodrat zaman (perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman)
3.
Menciptakan
pembelajaran di kelas yang menyenangkan serta bermakna.
4. Menumbuhkan motivasi intrinsik pada anak.
Selain hal tersebut, hal-hal konkrit yang bisa kita terapkan adalah
melalui pendekatan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran,Gali Mimpi,
Jabarkan rencana, Atur Eksekusi:
1. Memahami kekuatan positif dan kelemahan pada sekolah.
2.
Menggali
kekuatan positif sekolah
3.
Menyususn Visi
sekolah sesuai pendekatan Inkuiri Apresiatif.
4.
Menyelesaikan
kendala yang muncul dengan mempersiapkan solusi pemecahannya dengan
berkolaborasi dengan teman sejawat.
5.
Menjalin
kerjasama dengan pemangku kepentingan sekolah.
6. Menjalankan peran masing-masing dengan baik dan penuh
tanggungJawab.
Dalam kegiatan terbimbing yang dilakukan pada materi pengambilan
keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil.
Tentunya hal-hal tersebut di atas sangat mempengaruhi pola fikir
dalam setiap Langkah yang diambil. Baik penerapan filosofi KHD, maupun
penerapan inkuiri apresiatif serta BAGJA. Kedua hal tersebut menjadi pondasi
utama dalam setiap keputusan serta Tindakan yang saya laksanakan selama ini.
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?
Dengan berpedoman pada pemahaman Patrap triloka, inquiri
apresiatif, serta BAGJA tentunya pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
efektif karena sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, telah berlandaskan pada
perkembangan zaman, kebutuhan siswa, serta disesuaikan dengan kondisi serta
potensi yang dimiliki.
Prinsip-prinsip yang sudah dipelajari selama ini dapat digunakan
untuk melakukan coaching agar dapat menyelesaikan permasalahan serta
mengambil sebuah keputusan dengan lebih bijak.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pada pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika seorang pendidik, pastinya kita harus kembali mengingat nilai dan peran
seorang guru. Sejatinya guru adalah seorang suri tauladan untuk
siswa-siswinya.
Prinsip moral dari dalam diri haruslah disesuaikan dengan prinsip
etika, rasa peduli, berfikir jangka Panjang. Sekalipun hal tersebut berbenturan
dengan peraturan. Namun hal tersebut perlu dicermati, difahami situasi dan
kondisinya.
Berlatih bijak agar nantinya tidak memberikan kerugian namun dapat
memberikan dampak positif bagi semua pihak. Berpedomanlah bahwa pengambilan
setiap keputusan haruslah dilakukan demi kebaikan orang bayak, menjunjuk tinggi
prinsip-prinsip/nilai -bilai dalam diri anda, serta melakukan apa yang Anda
harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Dalam proses pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak
pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Karena
tidak ada pihak yang dirugikan. Sehingga hasil akhirnya sesuai denga apa yang
diinginkan.
Mengenai bagaimana cara serta langkah-langkah yang dapat diambil
dalam pengambilan keputusan yang tepat, berikut ini saya sampaikan 9 langkah
pengambilan keputusan yang efektif. Dengan menerapkan 9 langkah ini akan dapat
memandu kita untuk mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang
membingungkan karena adanya bebrapa nilai-nilai yang bertentangan.
Berikut ini 9 langkah pengambilan keputusan yang dapat diambil.
1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam
situasi ini.
Ada
2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian
keputusan.
a. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk
mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil
keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama.
b. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita
menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan
masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali
hal ini bukanlah hal yang mudah.
Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat
membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita
akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila
kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali
aspek-aspek permasalahan etika lagi.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tertentu
Bila kita telah mengenali bahwa ada
masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini?
Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau
bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua
seharusnya merasa terpanggil.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
Pengambilan keputusan yang baik
membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di
awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya
terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.
Data-data tersebut penting untuk
kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori,
namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang
mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan
kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut.
Hal yang juga penting di sini adalah
analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang
akan datang.
4. Pengujian benar atau salah
ü
Uji Legal
Pertanyaan
yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek
pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah
antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi
membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang
berhubungan dengan moral.
ü
Uji
Regulasi/Standar Profesional
Bila
dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada
pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang
wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate
yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh
koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda,
tapi Uji Intuisi.
ü
Uji Intuisi
Langkah
ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada
yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan
membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah
tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.
Walaupun
mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada
di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk
melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
ü
Uji Halaman
Depan Koran
Apa
yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan
dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba
menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu
akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.
ü
Uji Panutan/Idola
Dalam
langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang
merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah
pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena
beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi
Anda.
Yang perlu dicatat dari kelima uji
keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan
yaitu:
ü
Uji Intuisi
berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking)
yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip
yang mendalam.
ü
Uji halaman
depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based
Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
ü
Uji
Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based
Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda
meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.
Bila situasi dilema etika yang Anda
hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu,
maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau
merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral
dilema, namun bujukan moral.
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Dapat menggunakan 4 paradigma yang
disesuaikan dengan situasi sebagai berikut:
Ø
Individu lawan
masyarakat (individual vs community)
Ø
Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Ø
Kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs loyalty)
Ø
Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya
mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa
situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan
yang sama-sama penting.
6. Melakukan Prinsip Resolusi
Menentukan 3 prinsip penyelesaian
dilema, mana yang akan dipakai?
Ø
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Ø
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Ø
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
7. Investigasi Opsi Trilema
Mencari
opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi
ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya
yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah
8. Buat Keputusan
Akhirnya
kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang
membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Ketika
keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil
pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Ø
Apa nilai-nilai
yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
Ø
nilai- nilai
yang saling bertentangan dengan studi kasus tersebut adalah nilai moral,
kesetiakawanan, rasa peduli, akibat jangka panjang.
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang
sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di
lingkungan Anda?
Dalam hal ini, sedikit mengalami kesulitan-kesulitan dalam
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika. Karena
selama saya telah mensosialisasikan ilmu yang saya dapat dari pendidikan guru
penggerak ini kepada rekan sejawat di sekolah saya. Sehingga hal tersebut dapat
membantu saya dalam mengambil setiap keputusan dalam mengangani sebuah
kasus-kasus dilema etika.
Perubahan paradigma dengan menerapkan pembelajaran berpihak
kepada murid, pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, serta Kompetensi Sosial
Emosional sangatlah membantu saya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang
muncul. Terlebih lagi adanya Pendidikan coaching memberikan saya ruang untuk
belajar memahami permasalahan sebelum mengambil sebuah tindakan/ keputusan yang
akan saya ambil.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Jelas sekali terasa adanya perubahan pada diri saya dalam praktik
nyata di sekolah, bahwa pada akhirnya pelaksanaan pembelajaran yang
memerdekakan murid dengan menerapkan filosofi KHD, penerapan inquiri
apresiatif, BAGJA, pembelajaran berdiferensiasi, KSE sangatlah membantu saya
dalam mngambil sebuah keputusan karena didasari dengan prinsip-prinsip ilmu
tersebut dan dilakukan dengan tekhnik coaching dalam mencari akar
permasalahannya. Sehingga pengambilan keputusan tidak merugikan anak dan
berpihak kepada mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan
dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Pengambilan keputusan yang keliru dapat menimbulkan dampak negative
bagi murid. Baik memberikan efek jangka pendek maupun efek jangka Panjang. Jadi
guru harus benar-benar bijak dalam mengambil sebuah keputusan. Beberapa prinsip
seperti peraturan, rasa peduli, serta hasil akhir haruslah dijadikan pedoman
terhadap pengambilan keputusan.
Namun hal tersebut tentunya harus melihat situasi dan kondisi yang
dihadapi. Apakah melanggar norma? Apakah masih bisa diperbaiki? Ataukah memang
harus tegas dalam penerapan peraturan yang ada .
Hal ini sangatlah berpengaruh untuk hasil akhirnya. Seberapa besar
dampak yang akan diterima anak? Apakah berdampak postif ? atau malah berdampak
negatif? Hal ini perlu difikirkan matang-matang sebelum keputusan diambil.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari
pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembelajaran modul ini adalah
bahwa segala Tindakan yang akan kita ambil untuk menentukan sebuah keputusan
haruslah berpedoman kepada Filosofi KHD yaitu patrap triloka.
Selain itu penerapan Inquiri Apresiatif, Pembelajaran Berdiferensiasi,
serta pengendalian diri guru dalam emosi dengan menerapkan KSE dapat membantu
saat melkukan tekhnik coaching serta mencari tau permasalahan yang dihadapi
siswa maupun guru untuk menangani sebuah permasalahan serta dapat mencari
sebuah solusi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Pengambilan keputusan tentulah harus berpihak kepada anak, dan
menerapkan rasa peduli serta memikirkan perkembangan anak jangka panjangnya